Rabu, 22 Februari 2012

Mulut-mulut Anak Sekolah Dasar

Anak usia SD yang notabene berusia 6-12 tahun memang harus dijaga dan dibimbing benar-benar perilaku serta tutur katanya. Di usia sekolah dasar ini, mereka cenderung cepat mengadaptasikan sesuatu yang dinilai 'keren' untuk diucapkan. Mereka berpikir dengan mengucap itu, harga dirinya akan disegani, terlihat hebat di mata orang lain. Hal ini tidak masalah apabila hal tersebut menyangkut hal-hal yang baik, dapat dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan baik pengetahuan sains, sosial, dan budaya masyarakat. Namun apabila yang diucapkan itu bersifat tidak enak didengar telinga, termasuk kata-kata kotor, mengumpat, dan lain sejenisnya tentu akan membawa dampak yang tidak baik bagi lingkungan, masyarakat, keluarga, bahkan diri anak itu sendiri. Pernah saya mendengar seorang anak SD, dengan rambut yang cukup panjang, berteriak-teriak mengucapkan 'fuck you' dengan nada ndeso bahasa inggrisnya sambil tertawa-tertawa kelihatan membanggakan diri, seolah-olah hebat di mata orang lain. Saya ingin mendatanginya dan menanyakan, apakah kamu tau arti dari kata yang baru saja kamu katakan?
Darimanakah kamu tau kata tersebut?
Dan terakhir, coba ambil sebuah kertas, tuliskan kata-kata semacam yang baru saja kamu katakan! Tetapi tidak bisa, karena masih dalam jam pelajaran dan mungkin pengajar di kelasnya sedang keluar. Anak tersebut duduk di pagar samping depan pintu kelas menghadap jalan.
Inilah contoh rusaknya mulut-mulut anak SD. Bukan hanya itu, terkadang anak SD juga suka mengucapkan kata-kata jorok dalam bahasa daerah. Misalnya : anjing menjadi asu dan masih banyak lainnya yang kalau saya sebutkan malah menjadi sesuatu yang tidak baik. Mengapa mereka begitu bangga mengucapkan itu? Dengan mengucap itu ia akan merasa hebat dan ingin disegani teman dan orang sekitar.
Perlu dilakukan pembenahan sikap dan tutur kata anak sejak dini. Peran guru, orang tua dan lingkungan sekitar merupakan komponen penting dalam pengendalian perilaku anak. Orang tua hendaknya memberitahu dan mengingatkan bila anaknya bertingkah dan bertutur kata kurang baik. Terkadang orang tua cuek terhadap tingkah laku dan tutur kata anak. Pola pikir dan kedewasaan serta mental orang tua juga memengaruhi respon terhadap tindakan anak.  Akibatnya anak tidak tau dan merasa bangga terhadap tindakan dan tutur kata yang dinilai hebat oleh anak padahal nol besar di masyarakat. Guru di sekolah juga mengendalikan, memberi contoh, dan mengarahkan serta mendidik anak didiknya dalam aspek yang menyeluruh. Memberikan hukuman yang bersifat mendidik tetapi menimbulkan efek yang membuat anak tidak mau mengulangi hal tidak baik yang telah dilakukan termasuk bertutur kata yang jorok dan tidak sopan. Lingkungan masyarakat juga hendaknya mengingatkan dan mengarahkan anak-anak dalam bergaul dengan teman sebayanya. Perlu penanaman moral sejak dini agar anak tumbuh menjadi pribadi yang berwibawa berguna bagi nusa bangsa Indonesia di masa depan..

see on Kompasiana

2 komentar:

  1. Andai kata di SD ada kurikulum khusus: "tata krama" yang didalamnya mengajari anak bagaimana berbicara yang baik, berperilaku yang sopan, berpakaian yang rapi, insyaallah murid SD anaknya baik semua. Salam kenal n sukses Gan, kalau sempat kunjungi balik ke websiteku di: OBYEKTIF.COM

    Salam kompak:
    Obyektif Cyber Magazine
    (obyektif.com)

    BalasHapus